Fluttershy - Move Tool

Saturday, August 31, 2013

"Dhita & Bayu Wedding Review" ==> Part 1

Sejak beberapa waktu lalu aku sudah berada di Jakarta, mengikuti suami.. (bye.. bye.. Malang... huhuhu..). Tangisan bombay sudah mulai berkurang sih, maklum anak mamito belum terbiasa tiba-tiba tinggal jauh dari keluarga. Mudah-mudahan bakal betah di lingkungan yang baru ini, aamiin. Sesuai janjiku tempo hari, aku akan bikin review vendor dan sedikit cerita tentang detail acara ”Pernikahan Dhita & Bayu” di postinganku kali ini.  So cekidot...!


Seperti yang sudah direncanakan, bahwa prosesi pernikahanku ini akan berlangsung selama tiga hari, tanggal 18,19 dan 22 Juni. Nah, sekarang aku rinci satu – persatu yaach..

18 Juni 2013   Siraman 
Suasana di rumah sudah amat terasa ramai, orang-orang sudah sibuk menyiapkan segala perlengkapan untuk acara siraman. Aku masih bisa santai di pagi itu, sampai datanglah Mbak Chandra sang perias beserta rombongannya, sekitar jam 11.00 WIB, langsung salah tingkah eike.. dalam hati “OMG.. ini beneran udah mau mulai acaranya??”
Begitu sampai rumah, mbak Chandra ngeluarin barang-barang untuk prosesi siraman, seperti kendi, bunga setaman, kreweng (koin dari bahan genteng gitu), botol air siraman dan lainnya, ngga lupa juga air 7 sumber disiapkan..

dhitayutantri.blogspot.com
Setelah itu barulah mbak Chandra mulai ngerias, pake make up natural aja sih jadinya cepet, hmm... wangi melati bangeeet... syukak!
Para undangan sudah mulai berdatangan, aku cuma bisa ngintip dari dalam dan semakin deg-deg an ajah. Tiba-tiba aku lihat ada yang panik nih, eh ternyata si Papito belum nyiapin teks balasan sungkeman aku.. yaaa.. maklum lah, belum pernah sih jalanin acara beginian, dikira cuma sungkeman biasa macem lebaran gitu kali.. :p, untungnya mbak Chandra bawa contoh teks milik orang lain.. jadi masih sempat lah revisi nama capeng sana-sini


Teng..teng..teng.. jam 14.00 tepat, acara yang dipimpin Pak Endro, dimulai dengan pemasangan Bleketepe, anyaman janur yang merupakan simbolis sebagai "peneduh" resepsi pernikahan untuk memuat para tamu yang datang. Selanjutnya adalah melaksanakan Sungkeman sebagai tanda bakti anak kepada ortu, mengucapkan rasa terima kasih, mohon maaf serta memohon doa restu karena esok hari akan menikah. 

Orang tua, Capeng dan Nenek tercinta sudah berkumpul dalam satu ruangan, aku bersimpuh di hadapan mamito dan Papito yang sebelumnya sudah sungkem lebih dulu ke Nenek. Tangan gemeteran, bacain teks sambil nangis.. Ya Allah, serasa mau pisah jauuuuh banget.. Aku mau diambil orang Maaaah.. Paaah.. huaaaaa... T_T

Ternyata bukan hanya aku yang menangis, tapi semua yang hadir pun ikut terharu melihat acara sungkeman itu, tapi tangisan seseorang yang paling bikin aku seperti tersayat-sayat adalah tangisan Papito.. baru kali ini aku lihat Papito meneteskan air mata, tangis haru ayah yang akan melepaskan putrinya. Liat mamito nangis sedih juga sih, tapi uda biasa itu mah, kami berdua emang cengeng.. 



Tak lama kemudian, aku dituntun oleh Papito dan Mapito ke tempat siraman, sambil senyum-senyum kecil dan mata masih sembab. Kenyok Ayu atau peladen siraman ini adalah Vika, sahabatku. Air 7 sumber mulai di tuang ke gentong satu per satu, kemudian diambil sebagian untuk diantarkan ke tempat calon pengantin pria agar bisa dipakai mandi (iya.. mandi biasa sih cuma didoakan aja, ngga pake ritual-ritual seperti aku). Diiringi shalawat, mulailah air diguyurkan ke seluruh badanku.. brrrrr.. dingiiiin.. 


Setelah semua penyiram sudah selesai, Papito dan Mamito mengucurkan air dalam kendi untuk aku berwudhu. Kemudian kendi itu dibanting hingga pecah yang menandakan sudah pecah pamor calon pengantin atau sudah siap untuk menikah. Lalu dilanjutkan dengan potong rikma, yakni potong sedikit rambut capeng yang nantinya akan ditanam di depan rumah (ditanam di depan, soalnya ga punya pekarangan belakang rumah sih..). Terakhir, aku dibopong dan dibawa ke kamar pengantin untuk dirias.. ini ngeriasnya super cepat, soalnya akan ada acara berikutnya.

Sambil menunggu aku selesai dirias, Papito dan Mamito dodhol dawet, ini dimaksudkan agar banyak tamu yang datang. Untuk bisa beli dawet di mamito, harus pakai uang kreweng yang sudah disiapkan, atau bisa juga pakai pecahan kendi. Wooow.. rame banget yang beli, alhamdulillah setelah dihitung dapat 10 milyar, jualan dawet doang lho dapetnya segitu ... hihihi.

dhitayutantri.blogspot.com

Selesai dirias, aku siap melaksanakan acara selanjutnya yakni Selametan Tumpeng Robyong, isinya macam-macam dari nasi tumpeng, ikan dan lauk lainnya, sampai sayur urab-urab. Selain itu ada juga jajanan pasar dan pala pendhem (ubi-ubian), per item nya ada maknanya sendiri lho ternyata.. ga apal sih sama yang kemarin disebutin Pak Endro. Intinya tumpeng robyong itu menggambarkan kesuburan, keselamatan dan kesejahteraan. Diiringi doa-doa dari para undangan, Papito dan mamito menyuapkan aku sedikit isi tumpeng itu dengan harapan selalu sejahtera, selamat dan bahagia, aamiin..

Akhirnya tuntas juga ritual siraman pernikahan ini, saatnya bersiap untuk malam Midodareni.


18 Juni 2013   Midodareni


Setelah isya, rombongan keluarga Mon telah datang ke rumah. Aku sendiri sudah didandani "setengah manten", haha.. iya baru setengah, sudah di paes tapi hanya samar-samar, dan aku dipingit, ngintip keluar pun ngga dibolehin, padahal kepengen liat Mon . Jadi selama acara aku hanya di kamar ditemani sahabatku Vika dan Queen, anaknya..



Peningset sudah diserahkan, berjejer di meja. Keluarga Mon mulai mengutarakan maksud kedatangannya atau bisa disebut nyantrik, calon pengantin pria sowan dan menunjukkan itikad dan kesungguhannya untuk menikahi calon pengantin wanita esok hari. Kemudian Papito dan mamito, mendatangi aku di kamar dan melakukan tantingan yakni menanyakan kepadaku sekali lagi atas kemantapan untuk menikah esok, dan aku jawab " Iya Pah.. Insya Allah aku sudah siap".. 

Setelah itu aku boleh dikunjungi oleh ibu-ibu pengiring capeng pria, hanya ibu lho, bapak-bapaknya ngga boleh. 



me with mami & cami

Acara dilanjutkan dengan ramah tamah, perkenalan masing-masing keluarga supaya lebih akrab lagi. Kemudian santap malam bersama, yang paling kasihan ya Mon.. karena dia ngga boleh makan apapun di acara ini, hanya boleh minum air putih yang diberikan Mamito.. (tenang Mon, nanti dibawain bekal serantang.. haha).






Sebelum acara selesai, Papito memberikan catur wedha kepada Mon, yakni empat wejangan untuk mengarungi bahtera rumah tangga yang baik. Mudah-mudahan bisa dilaksanakan dengan baik yah wejangan nya. Yang terakhir, Papito menyerahkan balenan peningset serta kancing gelung untuk Mon, isinya adalah pakaian sa'pengadeg dan pakaian untuk dikenakan saat upacara pernikahan nanti. Untuk Rombongan capeng pria juga dibawakan angsul-angsul yang jumlahnya ganjil, isinya kue-kue gitu deh..


Alhamdulillah, acara hari pertama telah terlaksana dengan baik. Malam harinya setelah lewat jam 12 malam, aku tidur bareng Papito & Mamito. Tidur sambil nangis, huhuhu.. besok sudah lain teman tidurnya.